Nasib & Keberuntungan

Ada sebuah eksperimen yang dilakukan di Amerika tentang orang-orang yang selalu beruntung, dan orang-orang yang merasa dirinya selalu sial. Mereka dikumpulkan lalu dibagi menjadi 2 kelompok yang saling terpisah. Kepada masing-masing dari mereka diberikan 1 lembar artikel. Intruksi yang diberikan kepada mereka sama; hitunglah berapa banyak kata "saya" dalam artikel tersebut. Selesaikan secepat mungkin.

Ternyata setelah sekian menit berlalu, mayoritas orang di kelompok "orang beruntung" sudah menyelesaikan hitungannya. Sedangkan dari kelompok "orang sial" baru belum ada yg selesai. Kenapa bisa demikian? Ini kuncinya. Orang-orang yg selalu beruntung mampu melihat permasalahan secara komprehensif dan mengenali peluang-peluang sebelum bertindak. Tahukah anda bahwa di bagian akhir artikel tersebut tertulis kalimat sbb: "jumlah kata "saya" dalam artikel ini adalah 356 buah". Orang2 di kelompok "beruntung" rata-rata mampu menemukan hal itu. Namun mereka yang di kelompok "sial" tidak mampu melihat itu karena sibuk mengerjakan, maupun sibuk menggerutu "ngapain sih ngerjain beginian?".

Keberuntungan seringkali dikaitkan dengan nasib dan takdir. Tak jarang hal ini menjadi bahan guyonan; "mana ada yg bisa mengalahkan orang beruntung, itu sudah dari sononya". Tapi penelitian di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya keberuntungan adalah produk dari sikap mental positif yang terus menerus diasah. Sehingga orang cenderung bisa selalu berada dalam posisi beruntung. Begitu juga sebaliknya. Orang sial sebenarnya bukanlah kutukan. Namun lebih karena sikap mental negatif yang dikembangkan sehingga membuatnya selalu merasa ketiban sial dalam hidupnya.

Tidak percaya? Mari saya contohkan. Di jakarta ini setiap hari kemacetan di mana2. Setiap berada dalam kerumunan kemacetan, hampir selalu ada orang yang marah-marah. Entah itu karena spion mobilnya terserempet, atau slebor belakangnya keseruduk kendaraan di belakangnya, dsb. Namun yang menarik adalah; tiap kali ada orang yang bereaksi marah dalam situasi itu, biasanya akan berulang di situasi selanjutnya. Misal di lampu merah dia diseruduk, lalu memaki-maki orang yang menyeruduk,..eeh tahu-tahu beberapa meter setelah lampu merah, malah dia yang menyeruduk kendaraan lain. Inilah tanda-tanda kesialan yang seringkali dilihat oleh seseorang sebagai "selalu sial". Padahal yang terjadi adalah ketidakmampuannya untuk mengendalikan diri agar kesialan berikutnya tidak terjadi.

Dalam bahasa yang lebih positif kita bisa mengatakan bahwa orang sial cenderung menganggap peristiwa yang netral dalam kacamata negatif, terlebih lagi peristiwa negatif. Sedangkan orang yang beruntung, menganggap yang netral itu positif, dan yang negatif itu netral. Dalam kasus diseruduk tadi, jika kita adalah orang yang positif, maka kita tidak perlu marah kepada yang menyeruduk. Karena dalam situasi crowded, seruduk menyeruduk itu adalah situasi netral yang mungkin saja terjadi. Dengan kita berperilaku positif, maka hati dan sikap kita menjadi lebih tenang. Sehingga tidak terulang lagi kejadian serupa.

Sekarang bayangkan, bagaimana jadinya jika bertahun-tahun anda menyikapi sesuatu hal yang netral dengan sikap yang negatif. Tentu sifat negatif thinking akan menjadi top of mind anda dalam menyikapi setiap peristiwa. Akibatnya anda kehilangan sense untuk mencari hal positif dari setiap peristiwa netral maupun negatif.

Kebanyakan orang yang sial cenderung "menyalahkan keadaan", dan kebanyakan orang yang beruntung adalah mereka yang bisa "mensiasati keadaan. Mensiasati keadaan artinya bisa melihat peluang-peluang positif di setiap situasi, dan sense nya menjadi lebih terasah. Maka jadilah keadaan dimana "sikap positif itu berkelanjutan". Namun sebaliknya "sikap negatif juga berkelanjutan" sehingga menghasilkan kesialan abadi. Jika anda cenderung berpikir negatif, maka anda pun akan bertindak negatif, jika anda bertindak negatif maka hasilnya juga akan negatif. Steven Covey menyebutnya dengan rumus SEE-DO-GET. Apa yang ada di pikiran anda akan mempengaruhi perilaku anda; dan akan menentukan apa yang anda dapatkan. Jika anda merasa mendapatkan keuntungan, anda akan mengulangi lagi cara berpikir serupa.

Jika saat ini kita berada dalam "lingkaran kesialan" tidak ada salahnya kita mulai berintrospeksi dan melatih diri untuk mengendalikan cara berpikir dan bertindak. Jika anda tidak segera merubah mindset anda, maka lingkaran itu tetap ada pada diri anda. Dan itu merugikan kita sendiri. Hidup di dunia ini sebentar saja. Tentu anda tidak ingin menjadi orang yang selalu sial bukan?

Untuk itu mari kita coba tips berikut ini:

1. Selalu berpikir positif

Setiap kejadian awalnya adalah netral. Kitalah yang memvalues kejadian itu menjadi positif atau negatif berdasarkan keyakinan kita. Pikiran positif akan mendorong kita berperilaku yang positif

2. Bertindak positif

Jika anda sudah terlanjur berpikir negatif, segeralah merubah agar pikiran negatif itu tidak muncul dalam perilaku. Jika anda bisa mengasahnya, lama kelamaan pikiran anda akan menjadi positif, sebab tanpa sadar anda "selalu mencari sisi positif" dari pemikiran yang negatif

3. Mengapresiasi hasil yang positif

Usahakanlah anda mengapresiasi hasil dari keadaan yang positif yang anda hadapi. Merayakan adalah cara untuk mempertahankan sikap positif yang kita miliki

4. Sharing dengan orang lain

Sharing adalah sarana untuk saling berbagi cerita dan berbagi umpan balik. Dengan sharing kita bisa melihat permasalahan dari berbagai sudut pandang yang berbeda

5. Berlatih untuk tidak menyalahkan orang lain. Atau menyalahkan keadaan.

Dari ulasan di atas kita bisa lihat bahwa keberuntungan kita banyak ditentukan oleh diri kita sendiri. Dari cara berpikir dan bertindak. Keberuntungan hanyalah hasil. Ya, hasil dari cara berpikir positif dan mengenali peluang positif yang terus menerus kita kembangkan. Pada akhirnya, setiap orang bisa saja berada dalam situasi yang sama, mengalami peristiwa yang sama. Namun sikap kitalah yang akan menentukan kualitas personal kita dibandingkan dengan yang lain. Dengan bertindak. Positif kita juga mungkin akan menjadi lebih produktif. Berjuta orang kejatuhan buah apel, tapi hanya Isaac Newton yang menemukan teori gravitasi.(Heriwe-2011)

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Comments

  1. Bagus! Terima kasih atas artikel nya. Selalu berfikiran positif akan membawakan dampak positif pula.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts