Mari Sejenak Perlambat Ritme Hidup

Pernahkan anda membayangkan hidup di jaman purba Kira-kira apa yang akan anda lakukan di sana? Atau bagaimana akan menjalankan kehidupan anda? Bagaimana pula anda berhubungan dengan orang lain? Bagaimana anda makan? Bagaimana memanfaatkan waktu? Apakah kita akan bahagia berada di sana?


Jika anda terbiasa hidup di kota, coba sejenak untuk membayangkan bagaimana rasanya jika anda hidup di desa. Menyaksikan hijaunya pohon-pohonan. Dengan sawah yang membentang seluas mata memandang. Angin beriup sepoi-sepoi. Kita bisa duduk berlama-lama di tepi pematang untuk menyaksikan burung-burung yang beterbangan dan sesekali hinggap di pucuk padi. Sungguh pemandangan yang menyenangkan.

Kini kita hidup di jaman yang serba kompleks. Problematika yang kita hadapi adalah multiproblem yang tentu saja kompleks. Begitu pula dengan alat untuk menyelesaikan masalah pun kini semakin kompleks. Ritme hidup kita menjadi cepat karena kebutuhan mendesak yang harus terpenuhi dengan segera. Begitu pun dengan alat pemenuhan kebutuhan yang mampu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan cepat.

Sebagai contoh, dahulu orang sangat sabar untuk menanti berita dari saudaranya yang ada di seberang pulau, dengan menantikan datangnya sepucuk surat yang dibawa oleh pengantar pos dengan menggunakan bendi. Lebih maju lagi, orang butuh lebih cepat menyampaikan dan menerima informasi, maka surat pun diantar dengan mobil.

Kini setelah teknologi lebih maju, orang tidak lagi susah-susah menunggu dan berlama-lama dengan menunggu datangnya surat. Sudah ada telepon, handphone, fax, sms, mms, email bahkan teleconferens. Sebuah perkembangan yang luar biasa cepat dari kebutuhan manusia yang memang membutuhkan kecepatan pemenuhan kebutuhnan.

Di satu sisi, manusia mampu merasakan dampak positif dari adanya pemenuhan kebutuhan tersebut. Era digital membuat dunia begitu tak berjarak. Sehingga orang kini sudah bisa sungkem kepada orang tua hanya dengan mengangkat gagang telepon dari jarak ribuan mil sekalipun. Namun tentu saja semua itu akan ada efeknya. Di jaman kakek-nenek kita, orang masih bisa dengan sabar menerima surat balasan selama berminggu-minggu. Kini orang sudah tidak tahan lagi untuk menerima balasan sms meskipun baru satu menit yang lalu kita kirimkan sms tersebut. Orang tidak sadar telah mengalami perubahan paradigma dalam memandang pemenuhan kebutuhan. Saya membayangkan sungguh hebat orang-orang dulu dalam memendam rindu pada kekasihnya yang berada nun jauh di sana, jika ia masih harus menunggu berminggu bahkan berbulan-bulan untuk menerima kabar dari pujaan hatinya. Luar biasa.

Efek lain yang timbul dari cepatnya ritme hidup kita di jaman modern ini adalah mudah stress. Dengan tidak sabar untuk menjalankan banyak aktivitas, ketika ada keterlambatan, atau ada ketidakberesan dalam kerja yang kita lakukan, tentu saja – dengan alasan kebutuhan – maka tentu kita ingin untuk memenuhi dan membenahi permasalahan secepat-cepatnya. Jika terpenuhi kebutuhan itu, kita akan lega, dan jika tidak maka kita segera dilanda kecemasan akan tidak terselesaikannya tugas-tugas kita yang akan berujung pada disstress. Perubahan teknologi memang seperti dua sisi mata uang, yang satu sisi menjadikan efek positif bagi perkebangan peradaban manusia dan di sisi lain telah merubah karakter manusia, dan menjauhkan dari nilai-nilai dasar kemanusiaan yang juga perlu dipenuhi bagi kebahagiaan manusia itu sendiri.

Maka tidak heran bahwa banyak orang modern yang kini melakukan rekreasi di tengah kesumpekan dan kesibukan kerjanya. Tentu saja ini langkah yang sangat tepat. Karena dengan melakukan rekreasi kita benar-benar bisa melambatkan ritme hidup kita. Kita bisa berlama-lama untuk duduk di depan pancingan tanpa memikirkan pekerjaan. Bisa seharian naik motor keliling kota. Bisa berjalan-jalan di tepi pantai tanpa ada orang yang mengganggu. Kita tidak lagi berpikir jam sekian harus ini, jam sekian harus itu. Tapi kita bebas. Itulah ritme hidup yang lambat, yang pada hakikatnya kita sedang berada jauh menerobos ke lorong waktu yang silam untuk secuil kebahagiaan kita. Bukankah demikian?

Kita bahagia dengan rekreasi, tapi tentu saja kita tidak akan maju jika rekreasi terus tiap hari. Maka gunakan waktu dengan baik, dan sempatkan sejenak waktu kita untuk memperlambat ritme kehidupan kita.

Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat.

Comments

Popular Posts